Archive Pages Design$type=blogging

Monolog: KITA

Ini bukan sepenuhnya kisah sedih seperti yang tersirat dalam petikan gitar di awal tadi. Bukan. Aku hanya tidak tahu bagaimana menggambark...


Ini bukan sepenuhnya kisah sedih seperti yang tersirat dalam petikan gitar di awal tadi.
Bukan.
Aku hanya tidak tahu bagaimana menggambarkan perasaanku ini pada kalian sekarang.

Kalian dan aku berteman; mungkin berteman.
Aku menganggap seperti itu –karena yang kutahu bahwa kalian adalah orang yang bisa diajak untuk bersama-sama.
Dan, bersama-sama itu berteman.
Berteman itu bersama-sama.

Kemudian aku sadar.
Ternyata kalian tidak ingin menggunakan konsep yang sama dengan konsep yang ku utarakan tadi di awal saat kalian dan aku bersama.
Kalian ingin bebas; aku tahu. Kalian ingin lepas; aku paham. Tetapi, aku sungguh tak habis mengerti ketika kalian ingin memisahkan kebersamaan ini karena kalian dan aku berbeda.

Bagiku, itu alasan yang tidak realis sama sekali!

Kalian tahu, setiap manusia diciptakan berbeda.
Yang kembar pun akan tetap berbeda.
Kalian tahu itu, tetapi kalian abaikan itu.

Entah sekarang, apakah kalian dan aku adalah kawan atau lawan, aku masih akan tetap menganggap kalian.
Karena ada yang bilang bahwa menganggap itu adalah bentuk dari pengakuan. Dan, pengakuan itu adalah bentuk dari penghargaan untuk sebuah label yang bernama kawan, begitu pula lawan.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Empat tahun sudah aku membersamai kalian. Bahkan mungkin lebih! Tetapi mengapa kalian selalu melihatnya kurang? Menganggap aku sebagai orang asing.
Kalian tahu bagaimana rasanya menjadi asing? Sakit.

Tetapi, sudahlah. Tak apa.
Yang penting kalian juga masih menganggapku –walau dengan anggapan yang berbeda dengan anggapanku.

Apa aku salah jika aku beranggapan seperti itu?
Apa aku salah?

Ah, itu memang keahlian kalian. Membangun wacana seolah-olah aku yang salah. Terus aku yang salah.

Memang harus kuakui kalau kalian adalah orang yang pintar.
Membolak-balikkan fakta, menyalahkan aku sebagai objek utama; hingga terlihat bahwa akulah yang paling bodoh dan yang paling bersalah.
Tetapi kalian pun harus mengakui bahwa tidak semua orang itu bodoh seperti aku.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Alangkah indahnya bila kalian dan aku selalu bersama.
Ya... jika memang tidak lagi bisa bersama, mungkin cukup dengan “merasa”.
Ya! cukup merasa bersama. Itu sudah cukup bagiku.
Beranjak bersama. Melangkah bersama. Berlari bersama. Dan, semua itu cukup dilakukan dengan merasa.

Aku memang hanya perlu merasa –karena kutahu kalau kalian tidak akan mau untuk beranjak bersama, melangkah bersama, berlari bersama...
Ah! Lagi-lagi aku yang salah.
Kalau begini, kelihatannya akulah yang egois; akulah yang selalu berburuk sangka kepada kalian.

Padahal,
Kalian yang memutuskan ikatan itu!
Lalu, aku harus bagaimana? Apakah aku harus mengemis pada kalian agar dapat bersama kembali kemudian benar-benar beranjak bersama, melangkah bersama, dan berlari bersama sampai terjatuh, lalu kalian tetap asyik berlari... dan meninggalkanku?

Mengapa dalam hal ini, seolah-olah aku terus yang disalahkan: bahwa akulah yang ekstrimis, bahwa akulah yang tidak romantis, akulah yang penuh kepentingan?
Padahal kalian! Kalian pun sama! Kalian pun sama denganku.

Apa kalian masih ingat?
Dahulu, aku sering duduk menyandarkan punggung ini pada punggung kalian.

Aku juga ingat, kalau kalian dan aku adalah minuman yang kalian dan aku minum setiap harinya.
Kalian kopi, aku teh.
Kalian susu, aku juga suka susu, tapi tetap lebih suka teh.
Bahkan, ketika kalian anggur yang memabukkan, aku tetap teh! Aku tetap suka teh!
Aku tidak melarang kalian, tidak! tapi tolong kalian toleransi aku.
Jika sudah begitu, kalian akan bilang: “kau adalah teh yang sudah dingin”.
Aku tidak tahu bahwa bahasa kalian itu adalah bahasa orang-orang bahasa dan sastra: penuh majas, pragmatis, dan kontekstual.

Aku sama sekali tidak berpikiran bahwa dengan bahasa itu, akhirnya kalian terus menjadikanku sebagai yang dingin.

Padahal... dingin itu berarti aku tak lagi mengerti.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ah... itulah bahasa, sedangkan aku hanya mengerti seni.
Atau terbalik? Kalianlah seni itu; Dan, akulah bahasa yang menyatukan?
Sama saja. Yang jelas, kalian dan aku memang tetap berbeda.
Kalianlah yang tak mengerti aku.

Kalian juga selalu menyamakan hati dan perasaanku dengan headline berita yang terbit pagi ini.
Bila itu kerusuhan demonstrasi dari mahasiswa, maka kalian bilang hati dan perasaanku ini sedang rusuh seperti mahasiswa yang berdemo itu.
Bila itu ekonomi yang carut marut, maka kalian bilang hati dan perasaanku juga lagi carut marut.
Bila itu pendidikan yang makin tidak jelas, maka kalian bilang hati dan perasaanku adalah setidakjelasnya hati saat itu.
Bila itu kebudayaan yang diambil oleh bangsa lain, maka kalian bilang hati dan perasaanku adalah sama seperti bangsa yang mengambil-ambil itu.
Bila itu berita kekalahan timnas Indonesia, maka kalian bilang hati dan perasaanku jauh lebih kalah dari timnas Indonesia.
Dan, bila itu petinggi partai politik yang ditangkap karena dugaan kasus korupsi, maka kalian bilang aku dekat dengan petinggi itu.
Halah.. Kalian itu selalu begitu!
Kalian memang tidak pernah menjaga hati dan perasaanku.

Sudahlah, kalian dan aku memang berbeda, tidak bisa disama-samakan.
Walau begitu, aku tidak pernah sekalipun membeda-bedakan ikatan antara kalian dan aku.
Bagiku, yang seperti itu adalah kebersamaan sejati.
Aku sedang mencoba mengerti; dan kuharap kalian pun akan mengerti: hingga menjadi kita yang mengerti.

Monolog Karya: Andreas Agil Munarwidya

COMMENTS

BLOGGER: 2
Loading...
Nama

Agenda Buletin Ilmu Info Media Opini Resensi Sastra Video
false
ltr
item
Al-Ukhuwah: Monolog: KITA
Monolog: KITA
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQSM3l_77CYmhfmauXvxeoHp0gmXldGuV-eEdhQJHb79Ow0Mfvwgu8o5SzPxMtkGtLa_ClCbWC_-mtjGqXEVRQDLD6XsJFPdEoV6SySH1uSCw5gx0MJ2bj1D1f7ngpeEGGBVaj5xOAgS4/s600/KITA.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQSM3l_77CYmhfmauXvxeoHp0gmXldGuV-eEdhQJHb79Ow0Mfvwgu8o5SzPxMtkGtLa_ClCbWC_-mtjGqXEVRQDLD6XsJFPdEoV6SySH1uSCw5gx0MJ2bj1D1f7ngpeEGGBVaj5xOAgS4/s72-c/KITA.jpg
Al-Ukhuwah
http://kmalhudauny.blogspot.com/2013/05/monolog-kita.html
http://kmalhudauny.blogspot.com/
http://kmalhudauny.blogspot.com/
http://kmalhudauny.blogspot.com/2013/05/monolog-kita.html
true
4807155299787571565
UTF-8
Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago